sore langit putih seorang bocah
dengan payung warna-warni
berlari menghampir tangan kecilnya menimang hujan dalam gigil
dengan duaribu perak kusembunyikan wajah tirusku di sisimu
di bawah payung basah kuciumi sepa pelipismu dan pucat
rambutmu bikin geli mencocok lubang hidung
tapi kau tak acuh.
gang becek seperti tak bosan menyusupkan bisik. Kelam
pun menarikan kilau lampu meliuk kesana kemari
mukamu menyimpan kecut
begitu acuh pada hadirku
padahal kurentang sudah tali busur menjuju arah
mendepa segala cumbu rindu yang dulu kau pasrahkan
tapi kau tak acuh.
maaf sekali ini lagi aku tak jadi pamit. Lihat saja
lengkung alismu menahan kakiku melangkah
pelangi seperti sampur melilit di langit timur
tubuhmu enggan padahal gending sudah ditabuh
tak ada tersisa lagi selain ombak yang berdebur
menghitung karang yang diam gigih dalam sapuan biru
segala terkikis rasa nyeri
tapi kau tak peduli.
penghujung juli 2011
berlari menghampir tangan kecilnya menimang hujan dalam gigil
dengan duaribu perak kusembunyikan wajah tirusku di sisimu
di bawah payung basah kuciumi sepa pelipismu dan pucat
rambutmu bikin geli mencocok lubang hidung
tapi kau tak acuh.
gang becek seperti tak bosan menyusupkan bisik. Kelam
pun menarikan kilau lampu meliuk kesana kemari
mukamu menyimpan kecut
begitu acuh pada hadirku
padahal kurentang sudah tali busur menjuju arah
mendepa segala cumbu rindu yang dulu kau pasrahkan
tapi kau tak acuh.
maaf sekali ini lagi aku tak jadi pamit. Lihat saja
lengkung alismu menahan kakiku melangkah
pelangi seperti sampur melilit di langit timur
tubuhmu enggan padahal gending sudah ditabuh
tak ada tersisa lagi selain ombak yang berdebur
menghitung karang yang diam gigih dalam sapuan biru
segala terkikis rasa nyeri
tapi kau tak peduli.
penghujung juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar