Rabu, 28 November 2012

PERHITUNGAN

/ang jasman

Ketika itu kotamu menawarkan wajahnya
langit makin putih melepas tembok-tembok pucat
kunyalakan lagi api yang kusimpan buat besok
agar kukenali rautmu dalam pias cayaku.

sepi adalah luka kedewasaan ujarmu di sela kilatan
berbagai lampu yang gegas pulang atau pergi
kukatup mataku merasakan hangat hela napasmu
segala berlalu di celah jemari kita yang makin kurus.

ini titik awal yang kita cari di antara timbunan waktu
separuh perjalanan telah menghapus umur kita. selalu
begitu riwayat mendekam dalam cair tinta biru atau hitam
sedang sehelai kertaspun enggan ditulisi.


11/2012

D O A



/ang jasman


kuluruhkan bisik doa dan harap di lekuk peluh
ada namamu tertulis di atas lontar dan senyum
menembus langkah yang makin menjauh.
kutaruh garis nasib sepanjang lembar almanak
bayang wajahmu di setiap tanggal dan abad.
hidup bukan pertaruhan melainkan penebusan
hingga langkah penghabisan semuanya terlunaskan.




11/2012

T A N Y A



/ang jasman

masih tersisa rasa bersalah seperti bercak
seperti luka bacokan di batang pohon
sambil berbisik membuat sarang lalu beranak pinak
serupa rayap berrumah di kayu meski tak niat melumat.

kaki sudah lama kuyu lesu membuat jejak di tanah alamat
sebarisan keluh getir bergantian mencabik semua urat tubuh
dan doa dan hati tersisih perlahan-lahan menjadi abu.

di tiap pagi secara tak kentara bercak berubah pias dan meluntur
tapi tubuh keburu kehilangan daging keburu jadi bubur.

tatkala senja bergulir cuma bawa cerita perih
di tiap dinding, halaman dan mata tetangga
sapa tanya terpendam dalam beban.



11/2012

RINDU YANG BASAH



/ang jasman


Siang ini pak pos lewat tanpa surat atau paket
tapi rindumu datang ketika kaki menginjak beranda
angin membawanya sebelum rintik gerimis membasahi
dedaunan, kembang kemboja dan bangku di bawah rimbunnya.



di tanganku rindumu basah.

rintik gerimiskah atau airmatamu kau sertakan juga?
gerimis putih kini berubah gumpalan hujan
rindumu mencair di nopember basah
aku termangu bisu
pada air
pada bening
pada rindu
yang menagih kalbu.


di tanganku rindumu mencair.


11/2012

BASUH AKU DI WANGI SENYUMMU

Ang Jasman

: Constance Elenore Tutuarima


Binar matamu di mimpi semalam masih lekat di kemejaku
Dan wangi senyummu. Ketika kusibak tirai jendela
Mentari lebih cemerlang dari kemarin dan angin sepoi
Meminang layar perahu berkepakan di sayap camar
“Katakan, dimana dermaga pertemuan bagi perahu-perahu kita
Sebelum angin mengendap dan lumba-lumba keburu pulang.”

Mimpi sembunyi di lipatan selimut berlari ke punggung mentari
Dahan tak lagi memberi buah sedang dedaunan sudah lama gugur
Kupungut satu demi satu harapan yang tercecer di antara kerikil
Sudah lama doa berganti dzikir yang menggigilkan bibir dan lidah
“Nafas yang kuronce saban pagi sudah di penghujung tali
Mari kita simpul ujung rangkaian ini. Kembalikan pada Empunya
Sebelum tagihan datang atau direngkuh paksa dari pusara dada kita.”

Kita pun gegas melayang ke bukit-bukit diiring seribu kupu dan merpati
Berpilin irama La Paloma yang dulu dikenalkan bunda di senja ranum
Hanya kenang kini menjadi teman sejalan dan langkah-langkah.

Binar matamu itu menikam di kemejaku ketika damba makin haus
Basuh aku di wangi senyummu.




10/2012