Selasa, 12 Juni 2012

Ketika Rindu


Di senja sayu ini kau serahkan bibirmu
Dengan kecup paling lelaki gairahku menembusi
Rindu yang memburu.

Dalam desau angin kau menunggang sembrani
Mengepak rindu dengan sayap-sayap putih awan
Berkerudung hasrat paling jalang
Bersampur birahi paling api
Di tiap lenguhmu
Di tiap gelinjangmu
Lenguh nafasmu menikam desir.


6/2012

Di Matamu


Di matamu masa lalu merupa serpih bayang
Hitam, memanjang-panjang.

Di matamu masa depan sisa harap mendatang
Gelap, melayang-layang.

Di matamu kini mata-air air-mata mayang.


6/2012

Penyair Mati


Seorang penyair telah mati di comberan
Ditelikung sajak yang dicurinya.

Sejuta pembaca geram dan merintih-rintih
kepala mereka pusing tujuh keliling
keracunan larik dan bait kotor bau bacin.

Seorang penyair telah mati tanpa malu
Mata liciknya berkata aku tak menyesal.


6/2012

Mampus


Petang diam-diam merayap menguntit larut
Senyap meringkuk di tempurung waktu
Haruskah kujemput senyum yang dulu itu
Atau biarlah sepi ini mengunyah sepi
Sampai semua mampus
Sampai semua lempus


6/2012

Senin, 11 Juni 2012

Pilihan


Gulita kali ini seperti tak mau melepas malam
Bertukar nama tak kenal siapa
Langkah-langkah saling sengkarut. Tak henti juga
suara-suara menganga minta arti.


Belum lalu gigil membakar waktu
Semilir angin memetik rindu dari jantungmu
Bisikkan reranting melepas daun-daun layu. Esok
sebelum matahari mematahkan kaki.




6/2012

Kamis, 07 Juni 2012

Cinta

Cinta seperti merpati hingga di jendela
Diam-diam menulis namanya di almanak
Lalu meninggalkan sejumput rindu yang membakar
Hari-hari panas sesejuk air es dari dalam kulkas.


Cinta merayakan detik-detik menjadi waktu
Cukup sebuah senyum di pintu dan binar mata
Melukis luka manis di kehangatan jantung
Hari-hari jadi siksa paling damba dan menawan.


Pepaya yang busuk di dahan, bukanlah cinta
Mawar melayu di tangkai, bukanlah cinta
Para pengemplang utang di warteg tak memiliki cinta.


Cinta seperti seekor merpati putih kapas
KepaKkan sepasang sayapnya mempersembahkan hati
Kepada Sang Maha Cinta.




6/2012

Rabu, 06 Juni 2012

Petang 20 Tahun Lalu


Petang masih rembang bawa kanak kembali pulang
baur derit roda kopor yang kau seret dengan geram
wajahmu semerah jingga senja tadi
suara azan magrib tak juga menahan hatimu
semua begitu cepat ketika aku sempat menoleh
20 tahun berlalu hingga di petang sejuk dan dingin ini
kau tak kembali meski petang masih rembang
seperti saat ini.


6/2012

Tentang Kita

Campakkan saja, campakkan
tak ada lagi luka, sesal atau sumpah serapah.


Meski langkah berbagi, kita punya kehidupan sendiri
kelak dipatahkan oleh umur dan jalan bercabang
tak pernah keabadian mengiringi
sayang.




6/2012


Kehilangan Itu


Hari-hari tak lagi menjadi milik bersama
bahkan di detik ini juga ketika dedaun berubah warna
kau melepaskan diri dari tangkaimu
dan aku tentu akan melupakanmu.

Telah kutitip harap di desir angin
di pucuk-pucuk bambu juga bebatuan di dasar kali
dan aku pun tak punya lagi rasa kehilangan itu.

Hari demi hari diam-diam berlari di awan-awan
mencampakkan kau dan aku terkapar
terserak di padang savana dan gurun
paling tandus.


6/2012

Jangan Penjarakan Hatimu Di Hatiku

Jangan penjarakan hatiku di hatimu, ya kekasih
usah jadikan senyum itu anggur memabukkan
biarkan binar matamu membelai lelah hari-hari.

Sejak lama kurindu kehangatan di dasar jiwamu
seperti senja pertama memateri tatap damba kita
hati kita pun luruh bersama guguran dedaun
arus kali melarikan dalam derasnya.

Lihat, hati kita menari-nari di permukaan arus
kita pun merenangi kebahagian panjang
derai tawamu memeluk dinding-dinding bukit
kita baring di atas bunga rumput menatap langit.

Jangan penjarakan hatiku di hatimu, ya kekasih
kita berbagi saja kehangatan seperlunya
seperti kuselimuti tubuhmu dengan jaketku
atau kau beri aku segelas air putih hangat.

Biarlah senyummu memulihkan pilu
lentik jemarimu menarikan rindu
binar matamu mengundang pasrah.

Jangan penjarakan hatiku di hatimu, ya kekasih.


6/2012

Rindu Seorang Penari

Rindu memilin erat hatimu
Jemarimu menari di kuntum mawar
Bagai mantra wangimu menyentuh langit hatiku
"Biarkan aku menari di bola matamu"
Lalu kau menggelayutkan rindu di leherku
Aku pun menjadi sampur di sintal pinggangmu


6/2012