Rabu, 29 Agustus 2012

Ahh Keringatmu Itu Bunda, Maafkan Aku / Ang Jasman

Kelam masih pekat di subuh dingin itu
langit gelap, bulan dan gemintang sembunyi
saat itu segenap tubuh dan nafasmu berpilin.
Keringatmu itu bunda, dan jerit di keheningan
menghantarkan aku menguak gua garbamu.

Erang pertamaku menjadi penyilih deritamu
kau senyum dengan sukacita penuh
padahal ketika itu aku disapih oleh semesta
seketika jiwaku terkurung dalam tubuh fana ini.

Di tangis pertamaku kau dekap aku ke dadamu
kau peluk dengan segenap keibuanmu
kau dekap dalam lindungan kasihmu
kau satukan dalam tarikan nafasmu
lalu kau sodorkan puting susumu, bunda

Aku pun mereguk air kehidupan yang pertama
kau hanya bisa lakukan itu, aku tahu
kau haru menyaksikan tubuh mungil tanpa daya
kau abaikan deritamu yang nyaris merenggut nyawamu
kau hanya ingin aku nyaman dan terlindung.

Jika saja kau tahu, bunda, aku cuma menangisi tubuh ini.
Pinjaman ini begitu fana
begitu rapuh untuk menghantar kembali jiwaku.

ah, sekiranya sukma ini tak disapih semesta
tapi keringatmu itu bunda, maafkan aku.


8/2012