Senin, 16 Februari 2015

REAP THE SEASON

Ang Jasman

REAP THE SEASON

in the depths of sweat
he had planted a mile
of smile
his wife’s eyeball
and the song his child’s game
in a hoe he often whispered
‘you have given us the season in its grain’
in the warm sun each morning
his eyes grew
recognizing the fragrant rice
[witnessed by hundreds of sparrows]
to sing the harvest songs.

2015

MENUAI MUSIM

Ang Jasman

MENUAI MUSIM

Di kedalaman keringat
Ditanam senyumnya juga
Bola mata bininya
Dan lagu dolanan anak-anaknya.
Pada cangkul sering dia berbisik,
“Kau telah beri kami musim pada bulir-bulirnya.”
Di hangat mentari tiap pagi
Matanya mengenali wangi padi bertumbuh
[Disaksikan ratusan burung pipit]
Menembangkan musim menuai.

2015

sajakku di antara para pemenang yang mengikuti "Indonesian Poetry Battle on Facebook #6 - Winners!" diselenggarakan oleh Indonesian Literary Collective, diumumkan 9 Januari lalu :

DREAMS OF FLOWERS

Ang Jasman

DREAMS OF FLOWERS

The dreams that you write
Continue
even if your eyes awake
Leave the warmth of the bed
Forward your story
in the courts and the streets.
Watch Out. There were traces of a story
parched your ink. Unwilling.
Listen the whisper of a secret
Blooming petal on the lips.
Submit your dreams in the colors
And flush yourself in the fragrance
that tube.

2015

MIMPI BUNGA

Ang Jasman

MIMPI BUNGA

Mimpi-mimpi yang kau tulis itu
Lanjutkan meski matamu terjaga.
Tinggalkan kehangatan ranjang
Teruskan kisahmu di pelataran dan jalan-jalan.
Awas. Ada jejak menyimpan cerita
Tak hendak sudah sampai kerontang tintamu.
Simak bisik rahasia itu
Di bibir kelopak bermekaran.
Serahkan mimpimu di warna-warninya
Dan hanyutkan dirimu di wanginya yang tuba.

2015


sajakku di antara para pemenang yang mengikuti "Indonesian Poetry Battle on Facebook #6 - Winners!" diselenggarakan oleh Indonesian Literary Collective, diumumkan 9 Januari lalu :

Sabtu, 31 Januari 2015

MATA


O jalan dan arah yang menyambut
tak perlu kemayu dan senyum manis itu
memang tak ada yang berniat memperdaya
kerikil tajam dan karang sudah bukan cerita lagi
banyak pejalan terdampar dengan kaki putung
atau sekedar cerita tentang darah di batu-batu karang.


angin selalu setia pada musim yang menudungi
perarakan tertinggal jauh, tak lagi bergemerincing
gendang dan tambur sudah diam tergantung
doa-doa menyelinap makin deras di mata kekasih
bergelantungan di pelupuk membengkak
serupa kupu putih menyesap mawar hitam.


tak serupa aliran kali yang riang bernyanyi
di tiap kelokan atau dataran savana yang panjang
langkah-langkah selamanya menentang arus
bahkan bersimpangan dengan hiruk pikuk
memang asing bagi mata yang kosong
tatapan sekumpulan ular bergerombol di lorong.


AJ/2015

PINTU


Sungguh, jangan anggap enteng menutup ini pintu
Mungkin kau terlalu akrab dan dia suka deritnya sendiri
Sebentar lagi gelap melata dan malam akan mencumbu.


Sembilan pintu menatap ke seribu penjuru
Sembilan pintu mengarah ke jalan tanpa rambu
Membujuk-rayu langkah akanan hingga ke ufuk


Kaki-kaki sering tersengkelat di jalan menyilaukan
Merampas mata ke tebing-tebing keindahan
Mencumbu ranum dada para mojang.


O, pintu-pintu yang membujuk
O, pintu-pintu yang bikin lupa pulang
Jangan tawarkan jalan silang pada kaki telanjang.


Sebatang ranting tubuh, jangan terkapar di meja manikam
Mintalah detak pada dada meski  cuma sisa. Bersegaralah
Selagi rindu masih bara di muka pintu ke sepuluh.


AJ/2015

DI BAWAH BULAN JUNI


Di bawah bulan Juni
Langit remang
Tanah basah
Rintik berpagut di kilau bintang gemintang
Percik bening di kelopak-kelopak kembang.


Angin senyap
Dingin lelap


Ada jejak gumam gerutu
Menapak satu-satu
Suara merendah
Menekan
Mendesak
Saling menimbang ragu.


Pucuk aur menunggu desau


Esok bulan Juni senyum lagi.


AJ/2015

Sabtu, 03 Januari 2015

DOA SEBIJI BENIH


bisiknya lirih pada bumi
bahagia terpilih jadi benih.

hore, aku bertumbuh
berurat akar
bercabang ranting
bersayap daun-daun
tiap pagi bermandi mentari
bergelung kesejukan hari
menari di kesiur angin sepoi.

saatnya kau berserah pada waktu
meski mati sebagai bebijian.

ya, semoga ulat tak menyakiti
tak hiraukan hariku menjadi
daun-daunku tetap kemilau hijau
jadi bagian simfoni semesta.


AJ/2015

SAHABAT ABADI


Perlahan menjadi bening
lalu menetes
ranting tersenyum
sudah semusim mereka berbincang
tentang taman
bangku yang tak pernah sepi
celoteh, gerutu dan umpatan
sedang mereka tak sempat
bahkan sekedar berjanji
sang bijak mentari
tengah merenda musim lagi
tapi air dan ranting adalah sahabat abadi
seperti tahu yang tak pernah henti.


AJ/2015

D U K A


Duka tak lagi menetes
Diam telah berubah jadi doa
Diayun gelombang
Ditiup angkasa
Hidup tetap mendekap
Dalam hangatnya
Dalam resahnya
Dalam cumbunya
Duka selalu menari
Suka bertalu memberi


AJ/ 12.2014

BIARLAH AKU SENDIRI DATANG


Kenapa wajib, ya, kenapa harus
Buat siapa pemaksaan itu
Kenapa tak bebaskan memilih karena dorongan hati dan sukacita dari dalam.
Karena kecintaan dan pemuliaan
Kerinduan dan penyerahan
Biarlah cinta ranum sendiri di dalam karena karunia cintanya yang dia tanam dan pupuk
Lalu menguatkan hati, kaki, tekad
Bersamaan dengan tergelarnya jalan
Seketika itu
Kicauan burung-burung jadi lagu mars
Sulur-sulur kali mendadak bening
Awan jadi payung atas hujan dan terik
Hati pun membisik nyanyian ke keleluasan semesta
"Tak perlu genderang penyambutan itu
biarlah aku sendiri datang."


AJ/12.2014

TERIMA KASIH 2014


Terimakasih 2014

untuk semua pembelajaran dan luka.
Luka toreh di dalam.
Luka tikam di luar.
Luka hari
Luka lapar
Luka haus
Luka kaki
Di kakimu. Tersungkur aku menjilat debu
Meski terpaku merenda kata tersirat
aku tak minta kau sudahi
biarlah
semua kata tersurat ini kubaca
hingga lembar terakhir dan titik penghabisan.
Aku tak berharap belas kasihan
sejak lama kulumat diriku jadi ampas
di arus lepas sungaimu.

Selamat jalan 2014
Kujemput luka baru 2015
Aku tahu kau berkacak di mukaku
seringai nasib yang masih harus kupikul
hingga ke puncak Golgota-ku
Entah kau cumbu aku di sana
atau jadi makanan burung bangkai
masa bodo.


AJ/12.2014