Sabtu, 21 Desember 2013

MASIH DI TELAPAKMU

by. Ang Jasman


masih di telapakmu surga itu, bunda
biarkan kami menikmati istirah damai
di sana bersama debu-debu dan kutu air.

kasar telapakmu mengajari kami hidup
dengan langkah angin dan segala gemerutuk
menembus dingin di gigi yang bergemeretak.

di putih rambutmu awan berseliweran tergagap
menghitung kasihmu tak terbilang putih hatimu
memeluk tatar priangan kita.

betapa cintamu pada dewi pohaci
membasuh wajah kami dan juga hati.

2013

PUN AKU SENYUM

by. Ang Jasman


pun aku senyum di senyummu pagi ini
katamu pagi tak selalu sama
ada keindahannya sendiri
ada misteri di kotak pandoranya.

maka kau menjemput rejeki di kepakmu
menyeret mentari di kakimu meski
sepatumu dedel duwel dan bolong
hanya kau sendiri tahu.

kau pun senyum di tiap tetes keringat
cerita yang kau renung sendiri
di muka sayur bening dan sepiring nasi
mentari memuai sepanjang hari ini.

ah, tak pernah kau mutung pada angin 
meski janji masih juga misteri yang sepi.


2013

SELALU DIAWALI HAL YANG SAMA

by. Ang Jasman


selalu diawali hal yang sama
mentari menyapa di ufuk timur
banyak kisah ditulis di lembarannya
seperti pena di tanganmu itu.

kau menulis salam pada semesta
dengan rasa syukur yang terus melata
"aku cuma punya niat baik," katamu

semesta selalu penuh perhatian
tak dibiarkan hal-hal buruk mampir di benakmu.

roda-roda berputaran
angka dan aksara berkelindan
suara-suara memadat hari
lesap
dinding pucat yang termangu
seringkali hati kehilangan hati.

"kugelar seribu cerita di wajah semesta
kelak, saat menginjak pelatarannya."

kau pun melenggang di harimu.


2013

MIMPI MIMPI

by. Ang Jasman


mimpi-mimpi teronggok di sudut kamar
dalam peluk sarang laba-laba dan bantal
basah airmata dan keringat tersisa.

subuh sudah lama kehilangan sengat.

kemarau merayap menyibak musim
menarikan gugur daun
membisikkan desah wewangi semesta.

dalam diam yang panjang dan senyap
memekar mimpi-mimpi yang tergelar dan tua.

subuh sejak lama merindukan berkat.


2013
by. Ang Jasman


kita dipertemukan nasib
sama memuja perempuan itu.

kita dipertemukan hari
sama menumbuk di lesung kata

kita dipersatukan hati
sama menyusu pada puisi

kita diperuncing mentari
sama menulisi catatan kaki.

2013
by. Ang Jasman


kau pun terjaga
seekor cicak menguping lirihmu
"terimakasih di hari baru ini
aku menapak lagi di senyummu."

lagi kaki mengacu arah
sukacita memekar
di bumi saat ini
di tanah kekinian
di aqsa pijakan ini
perjalanan penantian
sunyi mengiri.

ke langitmu doa-doa mencumbu
awan menarikan tetabuhan mentari.

2013
by. Ang Jasman


tak kutemukan sajak di relung-relung tubuhmu
bibirmu yang akrab kusetubuhi membisu pada langit
gelinjang tubuhmu terseret gempita tsunami
ingin kujunjung punjung segala gairahmu
sebelum senja digulung kelam paling durjana.

tak kutemukan tubuhmu sedang jemari tak henti menulis
sajak-sajak yang merindukan gemuruh tubuhmu.

2013
by. Ang Jasman


kosmetik merk impor itu cuma memoles kerutmu
kenangku tetap pada tepung beras yang kau tumbuk.

dan tarian tubuh setiap kau ayun alu itu, percik di wajahmu
memancing kagumku pada cantikmu.

kau warnai hari dengan hijau pupus kebayamu
dan sintal tubuhmu dalam lilitan batik pekalongan, ah.

bergulung-gulung cerita mengalir dari wangi tubuhmu
menggenangi hari-hari tanpa deru dengan hatimu.

dan almanak pun memerah seluruh oleh gincumu
oleh rindumu hati pun berderai-derai menari.

2013
by. Ang Jasman


kau kenakan sayapmu ketika bayang mengetuk beranda
adakah ketergesaan memacu kemarahanmu atau
kebencian membuncah di seluruh lantai rumah.

terbanglah saja jika kepakmu melepaskan kepengapan
jemput riuh angin dan tarikan mega-mega
damai yang kau damba ada di balik bukit-bukit.

hinggahlah hanya di padang savana yang hijau merunduk
jangan henti di terik siang di dingin malam
hatimu sendiri adalah mata-air segala hausmu.

beranda tua itu makin tua, usah hirau
terbanglah saja, terbanglah, serahkan dirimu pada kepakmu
tinggalkan saja dia yang terkapar di guguran waktu.

2013
by. Ang Jasman


tikam aku di bilah rindumu
kusesap tiap anyir tangismu.

sayat aku di jelujur cakrawalamu
kupeluk resah degup jantungmu.

habisi aku di panas mentarimu
kuapung nyawaku di samudera hatimu.

kini atau kelak apa bedanya.

2013
by. Ang Jasman


aku telah berdiri lagi di sini
hari terus melata hingar bingar makin jadi
bus datang dan pergi lagi dalam sekejap
orang-orang datang kemari dan berebut
bersidahulu pergi
sudah kubelikah tiket, aku lupa.

tak ada celoteh cerita digelar
wajah-wajah menyimpan kisahnya sendiri
kota yang bersikejar waktu
nasib yang tak pernah lugu.

putaran roda menjadi degup nafas
berpacu melawan lelah.

2013
by. Ang Jasman


baiklah kupasang sebuah tangga di dagumu
kupanjat tebing bibirmu kusembunyikan mimpi
di sudutnya.

baiklah kularung rakit ini di perigi airmatamu
kuhitung setiap genangan rindu hingga ke tepi
sambil menunggu rembulan bulat lagi.

baiklah kuayun langkah di gigir harapmu
kupacu angin paling badai di musimmu
sembari merebahkan nyawaku di nyawamu.

2013
by. Ang Jasman


kembali kau melintas
di sini
di mataku.

beri aku kata-kata atau pena
wajah yang sayup di dekapan waktu
sedang remang terbata-bata.

bisikan lagi
sekali saja lagi
sebelum lupa melipat semua kenang
dalam sebuah album tua dan usang.

ah, kunang-kunang yang lelah
kerlipmu lesap di desah nafas.

2013

Rabu, 11 Desember 2013

by. Ang Jasman

bulir-bulir emas tersemat di tepi senyum
langit dan mentari semarak kekuningan
batang padi diam merunduk malu-malu
cicit 1000 pipit mericaukan doa-doa
apalagi yang dapat dikatakan
bibir ini kelu beku bisu
tuhan
bahkan nurani mendahulu berbisik
di telingamu
'terimakasih ya terimakasih'


2013

Sabtu, 07 Desember 2013

by. Ang Jasman

sepasang tali di cabang kersen, terjulur
sebuah ayunan tergantung dalam sunyi
masih kemarin kulihat kau di sana
berayun-ayun di hari-hari paling kering
sebelum musim hujan kali ini.

di kerindangan kersen ini, ada bayangmu
berkelibat menarikan masa lalumu
menyelinap di celah ranting kering
namun tak ada kisah tersisa.

seribu bayang mengendap dalam kesuraman ini
lirih suaramu cuma yang berbisik-bisik
meminta hari esok yang masih dini
kau begitu kuatir kehilangan langkah dan hari.

sedang di sini aku tak henti memamah hitam gelap ini. 


2013
by. Ang Jasman

cayamu tak pernah meredup
cerlang mentari tak sanggup melumat
sinar-sinar menghangatkan ranahmu.

dalam hening di pelataran pusat hatimu
sukmamu mengapung di ruang-ruang beranda
merindu tawa renyah semua kerabat.

orang-orang telah pergi satu-satu
meninggalkan rumah
keluar hotel dan losmen
atau turun dari kereta
langkah-langkah yang was-was
mencari alamat.

kau pun
tak membangun rumah di jembatan.


2013
by. Ang Jasman

gairahmu merupa bara di tiap jejakmu
dzikir yang kau semat di sepertiga malam.

gairahmu mencium tiap kerikil di telapakmu
juga duri, beling bahkan paku yang bertebar.

gairahmu bertalu di tiap hati yang kau temu
ajakan menatap mentari sepanjang hari.

gairahmu berserah pada bumi
bunda menghidupi seujud hati.

ijinkan gairahmu mencumbu gairahku sekali ini
atau serahkan saja sedu sedanmu di sini.


2013
by. Ang Jasman

dan kau tulis kata-kata
di biru lepas kotamu
hatimu sendiri
kirmizi merah dan ranum.

di siang yang diam
berkawan orhan pamuk
dan sebatang tableron pekat coklat.

hari-hari pun menyusun lembarannya
bertudung tiap kata dalam warna kirmizi.

terimakasih saja tak cukup
kupahat syukur dengan tulus
di atas langit Jalan Granting



2013.
by. Ang Jasman

hatimu tak terbantun, percayalah
meski mentari melepaskanmu dari ranting
kau pun mengapung diayun desir.

di telingamu
kerisik pun menjadi melodi
di tubuhmu
setiap gerak menjadi tari
di senyummu
segenap kulum berderai-derai
di tiap relung benakmu menyimpan meditasi.

di cerlang matamu kau rayakan
segala keluh
segala desah
berkejaran di sela nafas semesta.


2013
by. Ang Jasman

Setiap daun punya cerita indah ketika layu tubuhnya memudar lalu melepas dari reranting dan menyentuh tanah setelah melayang-layang sesaat. Ia terkenang pada desir yang menarikan panas kemarau. Basah embun menyapa lembut hingga hangat mentari memisahkan. Derai hujan masih terngiang dalam bayang serba putih dan dingin.

Sepasang sepatu punya riwayat dahsyat dalam tualang keseharian bermandi debu dan menerjang kerikil. Meski tak dibasuh kilap semir dirinya masuk keluar lobi, ruang seminar, dan aula-aula meriah di mana pesta digelar. Kenang membuatnya bangga meski kini tergolek berselimut debu di bawah anak tangga kayu.

Secangkir cappuccino tersenyum riang bersisian dengan setangkup roti berlapis keju. Ada cerita yang disembunyikan dalam kepul hangatnya. Seperti gandum pada roti, ia bangga menghantar sejumput kopi berbaur krimer. Ada kehangatan yang dicptakannya di tubuh lelaki yang menyruputnya setiap pagi.

Seorang lelaki tak lagi muda, terpaku memandang dedaun yang melayang di derai-derai mentari. Di depannya cangkir kopi yang kosong dan remah-remah roti dan keju. Sepasang sepatu yang setia menatap dirinya dari kejauhan, di bawah tangga kayu itu.


2013
by. Ang Jasman

wajahmu sendiri tampil di cermin bukan sesiapa
kali ini kau heran dan tertegun beberapa lama
aku telah berubah ini bukan aku yang kemarin, bisikmu

hari-ke-hari kau serupa daun-daun gugur itu, menjadikan
dirimu sekarang dan kelak mengarahkan layar perahumu
menuju dermaga yang kau kira kau tahu

hari inilah kelakmu itu, dan kau lagi-lagi terperangah
telah tiba di dermaga yang tak kau bayangkan


/2013