Senin, 21 April 2014

YANG TERSESAT


sengaja kembali kemari
balik ke pintumu memeluk gerendel
ada damai di situ tercantel
ada teduh sehangat api.

di pintumu kusemat rinduku
di wajahmu lesu letihku luluh.

silang jalan telah kurentang
bentang luka di setiap langkah
janjimu itu merdu meluruh
janjimu itu di telinga gemuruh.

seperti dulu juga kau
tak pernah beranjak ke mana.

bermantol kulitku
berjendela poriku
berpintu sembilan-tubuhku
sabar menungguku
membiarkan musimku
berbisik
melepas kabut dari mataku.


AJ / 2014

YANG TERSISA


begitu kaki menginjak tepi
langkah terhenti di tebing
bibir pun terkunci
ada gumam yang sunyi
angin mengangkat kering
gerumbul kembang rerumputan
seperti menerbangkan isi benak
yang mendadak rembang.

sejak mula semua ini remah
di adonan genangan peluh
dilayarkan doa-doa dan keluh
demi harap berpusar di kemah.

demi darahnya yang ditampung
meski dengan hati yang lempung
namun pasrah tak pernah rampung
dan siksa terus melambung.

dalam gumam yang diam
selalu ada yang tersisa
pasrah kehilangan bisa
di sini, remang dan suram.


AJ / 2014

PAGI


mentari menulis ayatnya di sulur-sulur nadi
kaki-kaki mengeja tetes darah di ayun langkah
dititipnya doa di butir-butir debu.

perhitungan sudah lama diserahkan pada kelu
tak ada gadai buat sepasang mata
tak ada cerai bagi sebuah arah.

sejak putih nisan basah airmata ditancap
pusara membisik pesan yang terus menggelitik
ikuti jalan mentari membawa hangatnya.

jalan tak pernah mengungkap tepi
hasrat saling bertalu berebut ruang
mereka tak tahu waktu yang selalu membatas.

hai, pejalan pagi jejakkan saja kaki di tepi sunyi.


AJ | 2014


APOLLINAIRE



Paris tinggal stempel kini di lembaran paspor
kubereskan semua buku dan baju ke satu-satunya kopor
wajahmu tak henti meronta di mataku
salju yang meleleh dari sepatu

Kini Paris cuma foto di kantor-kantor perjalanan
sekedar bayang sedang kaki terpateri di sini
tak ada beda antara Seine dan Ciliwung
wajahmu menari-nari di sana di permukaan sunyi

angin yang kuhirup dari laut makin kuat meyakinkan
kita cuma berlari-lari di ruang kosong dan waktu melompong
kau selalu melolong merindukan panas mentari
aku ingin hanyut di Seine bersama sajak-sajak sunyi

di dasarnya aku bisa bertemu Apollinaire.


AJ / 2014