Senin, 21 April 2014

PAGI


mentari menulis ayatnya di sulur-sulur nadi
kaki-kaki mengeja tetes darah di ayun langkah
dititipnya doa di butir-butir debu.

perhitungan sudah lama diserahkan pada kelu
tak ada gadai buat sepasang mata
tak ada cerai bagi sebuah arah.

sejak putih nisan basah airmata ditancap
pusara membisik pesan yang terus menggelitik
ikuti jalan mentari membawa hangatnya.

jalan tak pernah mengungkap tepi
hasrat saling bertalu berebut ruang
mereka tak tahu waktu yang selalu membatas.

hai, pejalan pagi jejakkan saja kaki di tepi sunyi.


AJ | 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar