Rabu, 28 Maret 2012

Cinta Di Senja Ini


tak perlu katakan cinta di senja ini saat mentari
memeluk ufuk yang seharian sabar menanti
angin mengantar bibir ombak mencium pantai
disana camar mengepak riang menuju ke sarang

biarkan saja cintamu menemu yang tentu
dengar saja suara hati yang tak salah bisik

bila malam bisu dan diam damaikan dirimu
jangan biarkan mimpi dan doa jadi rapuh
atau pagi akan menghapus segala rindu


3/2012

Kataku Padanya


kataku padanya, maafkan
aku tak bisa menjadi imam
kita mesti menempuh jalan itu
dengan kaki sendiri dan hati
tapi kita bisa bergandengan
bersama melangkah
saling memapah
hatiku imamku
hatimu imammu
kiblat kita satu, Khalik yang satu
di qalbumu
di qalbuku


3/2012

Sabtu, 24 Maret 2012

Sudah Lima Purnama Aku Didera Tanyaku Sendiri


+Kala diserbu hawa dingin, ingin kuberikan kehangatan jaketku pada seorang perempuan.
+Saat mentari di ubun-ubun, ingin kutudungi kepala seorang wanita.
+Ketika hujan mengguyur sekujur, ingin kupayungitubuh seorang tante.
+Sewaktu lapar menghantar ke warteg, ingin kusuapi seorang cewek.
+Di detik kegembiraan, ingin kubagikan pada seorang teteh.
+Saat menyeruput kupi, ingin kusruput juga bibir seorang nona.
+Saat mengisap asap udud, ingin kuisap juga cinta seorang perawan.


*khayal di malam sabtu, ketika rindu merayap d dinding malam kian senyap. di luar hanya gulita dan hitam tanpa ketukan di pintu.

Sabtu, 17 Maret 2012

Dialog Dua Ekor Burung


Rubuhkan saja tiang-tiang itu
tak lagi perlu juga menata atap
ini memang bukan sarang kita
selagi lantai masih debu tanah
tinggalkan saja.

Dik, burung tak pulang ke sarang yang rusak
atau lepas anyaman diterbangkan angin.

Dangau yang mau rubuh tak layak
buat istirah tubuh basah keringat dan menyantap
makanan hangat yang disuguhkan hati.

Balik saja ke sarangmu. Disana menunggu
kehangatan bunda, segulung tawa ceria dan cerita
kisah lalu dan mimpi tak henti berceloteh

Usah pikirkan lagi, aku tenteram di sarangku
dinding yang bolong memberiku kehangatan angin
atap bocor bawa cerita bersama ricik gerimis dan tungku itu
menunggu bakaran buat sepi malam berubah jadi lelatu.

Sudah lama kutitip napasku disini
menyatu dengan dahan dan reranting ini.


3/2012

Kamis, 15 Maret 2012

Tanpamu

sudah lama aku tak membelai ikal rambutmu
mencium wangi pelipismu
bernapas di teduh jenjang lehermu.

sudah lama tak kucumbu sintal tubuhmu
maaf bila aku pangling harum napasmu.

kenapa mentari lupa membakar ilalang
sungai terus mengarus di palung yang sama
tanpamu hujan lupa menjatuhkan deras
tanpamu kemarau enggan mengirim angin
tanpamu kecapi kehilangan denting
tanpamu seruling lelah merayap di pasir ipis
tanpamu malam cuma gulita ditinggalkan dian
tanpamu subuh meringkuk di lelah yang panjang
tanpamu aku cuma kembara tak berarah.

sudah lama kurenung wajahmu di awan-awan
seputih kapas pada balut luka hari-hari
seputih wajah yang terkapar pias dan mati
seputih hati yang kehilangan darah.

tanpamu semua cuma sepi.

3/2012

Selasa, 13 Maret 2012

Bunda Ajari Aku Berdoa

Bunda, sejak kepergianmu aku pun marah pada waktu
darah segera mengangkasa mengubah merah mataku.
Kesal itu menguap bersama doa yang bisu
tak bisa kubanggakan lentik manis jemari menantumu
tawanya kini membumbung bersama dua bidadari
membasuh asin keringatku yang bercucuran di huruf-huruf
berbaur bau kertas dan tinta cetak.

Bunda, masih kuingat ceritamu dulu merambat sulur waktu
bergantungan di antara titian sawah dan para-para
senyummu memandikan kurus tubuhku
melekat di ikal rambutku
lalu kau peluk lembab tubuhku menyatu dengan napasmu
dan kau pun bacakan sebuah mantra
: jangan sepelekan Cakil buah hatiku
1000 bidadari bakal mendambanya.

Bunda, ajari aku berdoa yang kuabai sejak pergimu
engkau selalu khusyuk dalam sholatmu dan biarkan aku
bermain di ujung putih kain mukenamu
menunggu cium kasihmu di akhir ucap salam
begitu terasa Tuhan sendiri menciumku si anak nakal.

Bunda, ajari aku berdoa atau biarkan kutemukan kata-kata
seperti janin yang rapuh di dalam kandunganmu
serupa sajak yang merenda harap dan mimpi-mimpi
kelak menyusu pada hangat payudara kehidupan ini.





3/2012

Anak-Anak Senja



anak-anak senja cuma terpaku dan tertegun pilu
kepergiannya ke dalam petang tak pernah ragu
meski kelam tak beri janji pasti hanya gema bertalu

bulan sudah lama sirna malam makin kuyu
halaman hijau sepi ini kini menyisakan jemu
tapi dingin tetap setia dan tinggal penuh

suara-suara mengendap di batu-batu
nyanyikan malam cuma satu.


3/2012

Telah Pergi Dia

Seribu kata memeluk relung waktu. Pena kering
jatuh ke arus sungai dibasuh batu-batu.
Tak seorang mengira kita punya wajah sama
ditandai luka yang ditoreh garis waktu.

Senja ini pun gumam masih terdengar, sambil mematut
satu satu sajak di ragu kaki langkahku. Tapi aku keburu
dicampakkan kata-kata.
Makna pun terbang
menyusup di sayap malam kian mengiris.

Mestinya segera saja kutulis sajak ini sebelum kelam.
Sebelum sepasang senja menelan tubuhmu.
Beruntung kau keburu pergi dari sini. Dari hati ini
yang tak pernah kau masuki. Kecuali suatu hari
ketika seribu wajah seperti lembah berpayung awan
melapisi palung dan ceruk basah dengan suara sayu.

Ketika pagi sajak ini tersandar di dinding sepi. Menanti
pelangi mencucuk di kaki bukit Lembang
dan kata-kata berenang di danau perak
mengusir seribu peri menari.


3/2012