Sabtu, 07 Desember 2013

by. Ang Jasman

Setiap daun punya cerita indah ketika layu tubuhnya memudar lalu melepas dari reranting dan menyentuh tanah setelah melayang-layang sesaat. Ia terkenang pada desir yang menarikan panas kemarau. Basah embun menyapa lembut hingga hangat mentari memisahkan. Derai hujan masih terngiang dalam bayang serba putih dan dingin.

Sepasang sepatu punya riwayat dahsyat dalam tualang keseharian bermandi debu dan menerjang kerikil. Meski tak dibasuh kilap semir dirinya masuk keluar lobi, ruang seminar, dan aula-aula meriah di mana pesta digelar. Kenang membuatnya bangga meski kini tergolek berselimut debu di bawah anak tangga kayu.

Secangkir cappuccino tersenyum riang bersisian dengan setangkup roti berlapis keju. Ada cerita yang disembunyikan dalam kepul hangatnya. Seperti gandum pada roti, ia bangga menghantar sejumput kopi berbaur krimer. Ada kehangatan yang dicptakannya di tubuh lelaki yang menyruputnya setiap pagi.

Seorang lelaki tak lagi muda, terpaku memandang dedaun yang melayang di derai-derai mentari. Di depannya cangkir kopi yang kosong dan remah-remah roti dan keju. Sepasang sepatu yang setia menatap dirinya dari kejauhan, di bawah tangga kayu itu.


2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar