Selasa, 21 Februari 2012

Lilin-Lilin Kecil Itu Masih Menyala

by Ang Jasman on Saturday, October 17, 2009 at 12:28pm ·

ah, kekasih, jika kau lihat aku di petang cerah ini kau akan tertawa geli seperti dulu,
aku memakai kemeja warna kesayanganmu, celana bluejean dan sepatu hak tinggi berujung lancip, "seperti cowboy", ucapmu geli dan sebaris gigi tersenyum teramat manis.
dengan kosong di tangan tak kubawakan oleh-oleh martabak telur kesukaanmu
(si abang tak berjualan lagi di sana, kena gusur satpol p.p.)

ah, kekasih, aku cuma membawa tanya yang diam-diam kutanam di dasar kenangan,
"masihkah lilin-lilin kecil menyala di ruang tamu?"
ternyata sepuluh tahun waktu membeku seperti kukira selama ini
rongga dadaku tetap saja berdegup kencang tak berubah
menguntit gairah hari-hari yang panjang tak berkesudahan
ya, sepuluh tahun sudah kaki ini melangkahi bumi sampai aku tiba kembali di petang cerah ini,
di sini.

kekasih, aku akan buat surprise, jangan kaget,
perlahan kan kubuka pintu pagar besi berat ini
jemariku yang kasar kan mengetuk pintu jati berukir jepara ini dengan mengalirkan kerinduanku bersama hatiku yang berkata,
"semoga masih ada lilin-lilin kecil itu di ruang tamu" dan kubayangkan kita berdekapan dengan hari depan sambil tersenyum pada nyalanya.

oi, lilin-lilin kecil itu masih ada di ruang tamu dengan nyalanya yang menari-nari kecil, hatiku pun menari-nari,
namun apa makna sunyi sepi ini, segala beku ini, segala hilang ini?
dimanakah kau, kekasih, dimana?

tiba-tiba kudengar teriakan kecil dengan suara lucu itu,
aku pun tersentak terpaku dengan jiwa lepas melayang,
"siapakah bidadari kecil dengan lilin-lilin kecil di ruang tamu ini?

"tunggu sayang jangan ditiup",
ah, merdu suaramu masih seperti dulu melemparkan jiwaku ke langit ketujuh

"orang yang kita tunggu belum datang, sayangku"
ucapmu lagi dan bidadari itu pun terpaku berdiri menatap api kecil yang menari-nari kecil di atas lilin-lilin kecil.
jemariku beku di daun pintumu, kekasih, akan kah aku masuk?
siapakah kau, kekasih?
siapakah bidadari kecil itu?

belum lagi tubuh ini membalik, kau muncul di ambang dengan wajah menyemburatkan sejuta tanya
aku pun seperti engkau, kekasih, cuma bisa diam kelu, terpaku

"siapakah bidadari kecil itu?" tanyaku dengan suara gemetaran
kau tak segera menjawab kekasih
dan senyummu yang lembut itu mencabik kegamanganku
"anakmu mas"
ucapmu ringan sambil menuntun aku masuk, memelukku dan memberiku satu kecupan yang rindu kucumbu selama ini
"mas, sepuluh tahun sudah lilin-lilin kecil ini menyala di ruang tamu ini
menunggumu"

aku kelu, kekasih, aku kelu.

ah, ternyata waktu tak membeku seperti kukira selama ini,
dan kau, kekasih, dengan setia menyirami benih kelaknatanku yang kutinggal tanpa belas,
maafkan aku, kekasih, maafkan.

lilin-lilin kecil ini masih menyala di ruang tamu,
tiga lilin kecil yang menarikan api-api kecil penuh bahagia.

--------------------------------------…


pasar minggu, 13mei, tatkala rindu pun meronta mendesak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar