Rabu, 22 Februari 2012

Disebalik Kata

by Ang Jasman on Wednesday, October 5, 2011 at 2:08am ·


Belum sempat punggung direbah-luruskan dengan lega
sumpah serapah dan kesal bergemerutuk di sebalik dinding bambu.
Senyap sejenak. Desir reranting balas menampar muka
suara-suara itu seketika muncul terus mendesak  dan
mencopot lidah. Raungan pedih tak mengurangi rasa sakit pun
penyesalan.

Ah, memang keterlaluan
sejak entah kau diperalat, diperbudak, ditunggangi .


Tatkala girang meledakkan dada seenaknya menyumpah serapah dalam
bau bir atau arak. Tatkala rungsing melampiaskan marah pada opas
dan juru tik karena salah secuil atau terlambat bawa kopi.  Tatkala janji-janji
diucapkan tanpa niat sungguh di awal jabatan atau di meja nikah. Tatkala duka
meremas jiwa  meluncurkan doa-doa panjang yang bahkan tak perlu. Tatkala
anak-anak sekolah gamang menggauli makna yang menjelujur di berbagai
buku dan sejarah. Tatkala niat baik cuma disampirkan di tali jemuran
dan tiang-tiang nyaris rubuh.

Kau tak mengeluh. Namun darah lesap ke perut bumi bawa dendam
sepanjang keturunan. Kini ambil saja kembali makna yang dihampakan itu,
diselewengkan itu bahkan dikentuti dengan suka cita itu.

Sebaiknya memang begitu sebelum segala jadi compang-camping. Sebelum
orang-orang kehilangan sesama terseret di rimba hampa makna.
Sisakan sedikit saja buat para penyair meringkuk di hangat lekuk likumu, meliuk
di lentur gemulai tubuhmu, berenang di panas gairah darahmu.  Dimana
kau menemukan harimu.


10/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar