Selasa, 21 Februari 2012

tak kudengar suaramu disini

Tak kudengar suaramu disini, di celah hijau
dedaunan bukit ini. Pepohonan menangguk desir
menyeret sepi menikam sepi
Tak kudengar suaramu mengambang di udara
seperti doa-doa yang dilambungkan dengan tulus. Sedang
lentik jemarimu tak henti gemulai menari di tuts piano
ah, kebisuanmu masih juga mengaduk-aduk kelam
makin kelam. Tertegun daun menatap senyap sunyi

dan pagi ketika mentari menyibak terang
satu-satu airmatamu menghitung awan

Suatu kali kau berbisik pada hari, perlahan,
“takkan kuhentikan segalanya, biarlah punggung ini
bungkuk memikul nganga luka meski mataku
nanar dan buram, toh penghujung ada disana.”
Kau pun meniti hari seperti menghitung kancing
tahu segala sesuatu berputar tak sudah
mentari pun dengan setia melata hari,
hujan dan musim bergantian.

tak kudengar lagi suaramu disini
tapi bisingmu terus berdetak-detik lembut di hati.

pada pagi baru terang tak menguntit awan
satu-satu airmatamu bening mengristal
berjatuhan menggelinding.  Jauh. 


8/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar