Sajak kenangan pada Shinta, yang
tertancap anggun di antara jajaran wayang kulit di anjungan Lembaga
Sangga Buana, Surakarta, pada Bandung Wayang Festival, 2011, di Kampus
Institut Teknologi Nasional, pada siapa aku jatuh hati :
SAJAK SEORANG PENYAIR YANG JATUH CINTA PADA SHINTA
O mesti kau tahu kini
ragaku menembusi ruang
sukmaku menyusu waktu.
Bimasena yang dulu kukenal dalam komik-komik hidup kini di tangan Ki Enthus Susmono
epos kepasrahan dan semangat mencari air prawitasari
Hanoman yang mengisi khayal seorang bocah hidup kini di tangan Ki Purbo Asmoro
sosok ksatria sakti yang setia pada pengabdiannya
Shinta yang lekat di hati sejak RA Kosasih hingga Sindhunata bertemu kini di kampus Itenas
diam anggun menunggu pasrah tangan kekasih
dalam tatapanku aku tahu
sejak berabad kau menunggu uluran tanganku.
Ah, Shinta, rupanya karma sang penetap hidup belum berpihak pada kita
kita mesti berserah pada waktu bersabar menunggu
atau kujelang saja kau Shinta
ya, ya, kujelang saja engkau Shinta
saat ini juga kuterbangkan ragaku ke Surakarta
dimana engkau ditahtakan di antara wayang-wayang
atau ditumpuk saja di dalam peti yang senyap dan dingin.
Tapi aku bimbang, Shinta, aku bimbang
aku bimbang
(bukan bimbang Sri Rama pada kesucianmu)
aku kuatir Shinta yang akan kutemui di Manahan bukanlah engkau
bukan engkau
bukan engkau
Shinta.
Ah, mestikah aku menyeret-nyeret damba pada Shinta
menguak abad demi abad bawa serta
ragaku menembusi ruang
sukmaku menyusu waktu.
5/2011
SAJAK SEORANG PENYAIR YANG JATUH CINTA PADA SHINTA
O mesti kau tahu kini
ragaku menembusi ruang
sukmaku menyusu waktu.
Bimasena yang dulu kukenal dalam komik-komik hidup kini di tangan Ki Enthus Susmono
epos kepasrahan dan semangat mencari air prawitasari
Hanoman yang mengisi khayal seorang bocah hidup kini di tangan Ki Purbo Asmoro
sosok ksatria sakti yang setia pada pengabdiannya
Shinta yang lekat di hati sejak RA Kosasih hingga Sindhunata bertemu kini di kampus Itenas
diam anggun menunggu pasrah tangan kekasih
dalam tatapanku aku tahu
sejak berabad kau menunggu uluran tanganku.
Ah, Shinta, rupanya karma sang penetap hidup belum berpihak pada kita
kita mesti berserah pada waktu bersabar menunggu
atau kujelang saja kau Shinta
ya, ya, kujelang saja engkau Shinta
saat ini juga kuterbangkan ragaku ke Surakarta
dimana engkau ditahtakan di antara wayang-wayang
atau ditumpuk saja di dalam peti yang senyap dan dingin.
Tapi aku bimbang, Shinta, aku bimbang
aku bimbang
(bukan bimbang Sri Rama pada kesucianmu)
aku kuatir Shinta yang akan kutemui di Manahan bukanlah engkau
bukan engkau
bukan engkau
Shinta.
Ah, mestikah aku menyeret-nyeret damba pada Shinta
menguak abad demi abad bawa serta
ragaku menembusi ruang
sukmaku menyusu waktu.
5/2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar