/ang jasman
dan jum'at teduh ini menggelar lembar-lembar sajadah
kularung doa syukur di sungaimu hingga luruh di hening
seorang lelaki terlihat paling sendiri di ribuan jemaah
di dahinya nyala perak bercerita tentang tawakal dan ridla
tak perlu pinta itu ujar bundanya dulu. syukurmu pelita kakimu
jalan selalu panas dan teduh, hujan dan terik, lapang dan kelu
kini ia selalu melangkah di bayang kaki bunda. surga disitu kan?
kecukupan hati memberinya kecukupan sepanjang nafas
seribu jum'at terus menuntun hari-hari menyeberangi lautan
seribu perahu telah kandas di gigir karang dihempas gelombang
hari-hari terus berkejaran diterik mentari
lelaki berhati pelita di kaki awas berjaga
tak ada desir angin mematikan api.
8/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar