Selasa, 21 Januari 2014

by. Ang Jasman

hujan makin narsis
menerpa tubuh-tubuh jadi kuyup
jalan-jalan sepi, ramai genangan
bus dan angkot yang sepi muatan
tak ada penjaja es dan tukang roti

warteg dan beranda menggigil
di antara orang yang ngopi
atau makan nasi panas sambal terasi
bibir-bibir berceloteh tentang basah

tentang hujan yang makin rajin blusukan
di kampung-kampung kumuh juga kompleks gedongan
bertamu di beranda hingga dapur dan kamar tidur

hujan menebar pesona
di gambar-gambar partai yang membusuk
di wajah-wajah caleg tak tahu malu

pencitraan hujan
melunturkan bedak di wajah para munafik
membasuh mulut-mulut bau dan nyinyir.

2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar