by. Ang Jasman
sebuah belati menghadang lagi hari ini
aku menyerah
mentari acuh kecuali pada panasnya sendiri
"maaf kan kutikam dadamu," dingin desahnya
"kemarin kau telah menyayat jantungku,"
aku berusaha menunda waktu
angin semilir lantas lalu
"tugasku menikammu sebuah belati tiap hari."
suaranya tak berbelas
kurelakan dadaku agar ia segera
menyudahi tugasnya
membasuh dosanya
seperti kemarin
mungkin esok
juga.
atau biarkan saja luka ini menganga
dan basah
"esok aku datang lagi dengan belati baru," ejeknya
aku menyumpal kupingku
aku berkubang di ceruk nanah
dan darah
berenang ke rahim bunda.
2014
aku menyerah
mentari acuh kecuali pada panasnya sendiri
"maaf kan kutikam dadamu," dingin desahnya
"kemarin kau telah menyayat jantungku,"
aku berusaha menunda waktu
angin semilir lantas lalu
"tugasku menikammu sebuah belati tiap hari."
suaranya tak berbelas
kurelakan dadaku agar ia segera
menyudahi tugasnya
membasuh dosanya
seperti kemarin
mungkin esok
juga.
atau biarkan saja luka ini menganga
dan basah
"esok aku datang lagi dengan belati baru," ejeknya
aku menyumpal kupingku
aku berkubang di ceruk nanah
dan darah
berenang ke rahim bunda.
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar