/ang jasman
dan kita akan menjadi kenang entah bisa abadi. di sini di simpang ini
rindang pokok mangga dan bangku kayu jati yang menanti.
tak ada lagi kisah yang perlu dipersandingkan. seperti sebuah bab
yang tak meminta sambungannya.
selangkah lagi, lagi, dan kita pun berbalik
seekor kenari di reranting memandang. ada keheranan di matanya
atau mungkin ragu untuk berkicau. seperti mengerti
dua jalan keburu menyentak menyeret kaki kita.
dan kini bahkan bayangan tak lagi bercumbu. saling bergerak
ke arah berlawanan dan menjauh dalam diam. terasa hari patah, retak.
sore itu angin kemarau seperti beku tak menyapa pucuk-pucuk bambu
membiarkan hati berserah pada rembulan dan esok pagi berembun.
7/2013
rindang pokok mangga dan bangku kayu jati yang menanti.
tak ada lagi kisah yang perlu dipersandingkan. seperti sebuah bab
yang tak meminta sambungannya.
selangkah lagi, lagi, dan kita pun berbalik
seekor kenari di reranting memandang. ada keheranan di matanya
atau mungkin ragu untuk berkicau. seperti mengerti
dua jalan keburu menyentak menyeret kaki kita.
dan kini bahkan bayangan tak lagi bercumbu. saling bergerak
ke arah berlawanan dan menjauh dalam diam. terasa hari patah, retak.
sore itu angin kemarau seperti beku tak menyapa pucuk-pucuk bambu
membiarkan hati berserah pada rembulan dan esok pagi berembun.
7/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar