by. Ang Jasman
dia masih bocah yang sama. di kemarau ini
sawah-sawah tak mengubah kulitnya. memang legam
bahkan penghujan yang bawa banjir ke ladang-ladang
tak mengubahnya menjadi bule. meski hatinya tetap putih,
mungkin
jejaka yang kamu kenal kini. dulu bocah lanang itu
tawanya menyapu wajah perbukitan dan dukuh-dukuh
di pasir ipis, sagala herang dan tanggul angin
dibawanya tanaman obat bagi yang sakit
dipetiknya buah-buah buat yang ngidam
diurainya cerita-cerita para buhun dan karuhun
di ujung jemarinya dawai kecapi tak putus berdenting
dan seruling yang menusuk senja semakin senyap
gerumbul hijau di bukit utara menatap arus
yang setia menyapa bebatuan yang menyembul
di atasnya jejaka dan bocah lanang merenungi bayang
rembulan mengalir di permukaan kali.
2014
dia masih bocah yang sama. di kemarau ini
sawah-sawah tak mengubah kulitnya. memang legam
bahkan penghujan yang bawa banjir ke ladang-ladang
tak mengubahnya menjadi bule. meski hatinya tetap putih,
mungkin
jejaka yang kamu kenal kini. dulu bocah lanang itu
tawanya menyapu wajah perbukitan dan dukuh-dukuh
di pasir ipis, sagala herang dan tanggul angin
dibawanya tanaman obat bagi yang sakit
dipetiknya buah-buah buat yang ngidam
diurainya cerita-cerita para buhun dan karuhun
di ujung jemarinya dawai kecapi tak putus berdenting
dan seruling yang menusuk senja semakin senyap
gerumbul hijau di bukit utara menatap arus
yang setia menyapa bebatuan yang menyembul
di atasnya jejaka dan bocah lanang merenungi bayang
rembulan mengalir di permukaan kali.
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar