Kamis, 06 Februari 2014

by. Ang Jasman

Sepasang sayap tumbuh di belikatku. Apakah aku sedang bermimpi, bunda? Sudah setangkup windu kutinggalkan kepompongku.

Bunga-bunga itu yang membuat sayapmu agar tak kau rusak mekarnya. Agar kau cium putiknya tapi bukan mencabut kelopaknya.

Di selaksa jalan kulihat jejak-jejak berjejalan. Mereka menghalangi telapak menjejak sedang mentari terus mengkerut serupa kulit jeruk.

Dan kerikil dan bebatuan ini menyingkir ke tepi tergerus kaki dan waktu. Langkah jadi licin dan seribu akal menelisik punggung tebing.

Anakku, jangan bebani diri dengan keluh. Bumi memang berselimut duri. Tapi sayapmu dan sepatumu itu adalah inti dirimu, bara hati yang api.

Bunda, rinduku mengapung di sisimu. Rindu menemu Sang Dewi Pohaci.

2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar