Minggu, 30 November 2014

SUATU KETIKA


Suatu ketika, saat itu bumi mengapung tak tentu
Terang di mana-mana meski tak ada sumber yang pasti
Kegelapan belum lahir namun takut pada yang jahat sudah
Menggelitiki syaraf dan memancing mata jadi awas.


Tiba-tiba bumi menyeruak ke dalam perut tapi terang
Berdiri di luar menanti dengan setia karena ia belum dikenalkan
Pada ketiadaan dirinya
Tak ada bimbang ketika damai tergelar lepas.


Tiba-tiba angin menghantam tubuh hingga terhuyung
Gempa menggelepar menarikan geraknya yang lembayung
Laut tergoncang, samudera tumpah menyerbu rumah-rumah
tumbuhan berbagai rupa menyembul di pori-pori tubuh.


Dan segala jenis hewan berlompatan dari lubang mulut
Telinga, dan dubur dan kemaluan membawa lari sifat-sifat mereka
Bersama air mata yang meleleh segala jenis ikan menghambur
Menyertai para perempuan ke perigi, empang dan lubuk.


Maka sejak dulu itu, ketermangguan menjadi bagian perciptaan
Tapi diam bukan melamun dan memimpikan bayangan belaka
Rasa lapar dan haus menuntun pada pencarian dan berbagi
Atau saling menatap dan memandang titik hujan jatuh di tanah.


AJ/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar