Senin, 24 November 2014

J A R A K

Sebentar lagi desember
saat kita canda dengan salju
saling timpuk seperti cinta kita yang kanak
tangan saling mencekal ketika kaki menjejak
di bukit timur kota Dijon.



Di muka perapian ada remah roti dan sisa keju
dan sedikit anggur merah di gelas-gelas berkaki
“waktu tak pernah berhianat pada kita, kekasih”
tapi di keretak kayu terbakar
kau mendesah dan tetap mengeluh
“lajunya yang mengendap dan merenggangkan jarak
diam-diam mengubur semua kenang di pelatarannya. »


Ketika menambahkan kayu, malam makin genap
hangat ruangan mengembalikan waktu ke jalurnya.


Meski tanpa mentari kilau salju pagi ini berbagi
terang seperti buat kita berdua, kekasih
ah masih ada tawa dan cerlang wajahmu
berserah pada kerut-merut yang makin nyata
“ya kita berserah, melarung semua harap di arusnya
berkaca pada Seinne, Serayu atau Mahakam.”


Sesaat lagi kutinggalkan kotamu
sebentar lagi kau akan sendiri dililit jemu
“tapi kita tak pernah dipisahkan oleh jalan, kekasih
percayalah meski arah dan jalur meminta langkah
dari bukitmu doa-doa mempersatukan mimpi-mimpi
kelak waktu akan membujuk jarak buat kita
dan pada umur kita harus mempercaya.”


AJ/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar