by. Ang Jasman
jalan di sana itu
tak bosan menunggumu meski hiruk memikuk
aspal tebal hitam dan licin membuang segala sampah dan hujan ke tepi
selokan pun menari dalam irama lancar atau mampat.
tapi panas menyengat di kakimu tak seramah dulu lagi
ketika tangan mungilmu dalam genggam rasa kasih dan perlindungan Bunda
ketika debu, kerikil dan kaleng bekas di sana-sini tapi rindang pepohonan melindungi kepalamu
tak ada lagi kini pepohon itu berganti hutan beton, melotot dan panas.
jalan dan kakimu satu kini, meski
bahkan dirimu menjadi debu di langkahmu sendiri.
perjalanan menuju titah dan doamu meranumkannya pada waktu.
11/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar