Sabtu, 23 November 2013

by. Ang Jasman


"Telah puas kutertawakan duri-duri waktu, seperti
luka yang sejak dulu kubiarkan menganga."
Senyum perempuan itu merenungi hening taman. Terpekur
menelusuri kenang di antara bebunga dan perdu.

"Selamat tinggal hari-hari mengucur darah," ia bergumam.
Luka menyusup di kedalaman nafas tak dibiarkannya mengiris
hati dan langkah makin tegar tegap. Mengacu
di janji yang menunggu meski kemenangan itu tak dikibarkan.

"Telah kuronce duri-duri itu," segaris senyum di bibirnya.
Serupa pisau yang merobek langit mengucurkan hujan
mencuci jalan itu dari segala debu dan kotoran.
"Tak mesti begitu," ujarnya lirih, "aku masih punya tekad.
Dan itu cukup."


2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar