Senin, 10 Desember 2012

SIMFONI KESENDIRIAN

/ang jasman

Mendung berbisik kepada siang, aku tak singgah sore nanti.

Di langit Paris mentari cuma pijar cahaya tak ada kehangatan menusuk kulit
mendung dan terik, gerimis dan kering berkejaran di celah waktu
menyerahkan degup dan engah pada salju dan musim dingin lalu
langkah-langkah bergegas memburu café di pojok Rue de la Sorbonne.
...

Sambil memandang bayang-bayang menari di taman Luxemburg
jauh di depan sana saat senja perlahan menjemput remang
bangku-bangku kosong dan sunyi, salju menari di rerumputan
semua berlalu di garis mata juga angin sepoi yang mengetuk
dinding-dinding kaca yang memisahkan kenang dan rindu kita
masih kuingat sisa pias senyummu di bibir senja, presis seperti kini.

Ketika lampu-lampu jalanan berpijar satu-satu, dan kilau
menyapa bening basah matamu segalanya mengendap.
Kita cuma hidup dalam harap, bisikmu pada cangkir kopi
semua beku dalam peluk musim yang saling berkait.

Cericit burung-burung gereja di tiang-tiang kampus Sorbonne
adalah suara waktu yang menggeletar di dalam rusuk
gemanya menyusup hingga ke sisa musim nanti.

Dalam kesendirian dan dingin membawaku ke stasiun metro
menunggu tram terakhir sebelum semua kisah berakhir.


12/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar