Amboi, hatiku beku menggumpal merupa puisi
meneteskan lelehan waktu dan terus mengalir
meliuk-liuk dibawa arus kali tanpa henti
menembang kinanti dan asmaranda di bibir gadis menanti.
Amboi, hatiku menjadi puisi kini
di jarum waktu menarikan tarian darwisi
serupa Jalalu’ddin Rumi, Hamzah Fansuri dan Acep Zamzam Noor.
Hatiku lengking nyanyi seruling di hutan-hutan bambu
Hatiku biduk sampan terayun riak gelombang di pesisir
Hatiku sajadah lumpur hangat mentari di pinggang bukit.
serupa Jalalu’ddin Rumi, Hamzah Fansuri dan Acep Zamzam Noor.
Hatiku lengking nyanyi seruling di hutan-hutan bambu
Hatiku biduk sampan terayun riak gelombang di pesisir
Hatiku sajadah lumpur hangat mentari di pinggang bukit.
12/2012
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar