aku masih di sini memandang langit
mencari kebiruan di wajahmu. Sebelum buram
lalu pelan-pelan meyeruak kelam.
tiada lagi perhitungan semua impas
gelap menghantar kerlip bintang
berkelindan antara harap atau punah
meski retak. Nasib yang bersilang arah
mengacau bening malam di pekat kopi
di antara bisik tenung mulai mencekik
di sela dingin pipimu jadi jingga.
jangan ucapkan pintamu kelu
kutelan kembali ludahku sebelum terburai
niat paling purba.
AJ/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar