Minggu, 07 September 2014

SAMPUR WARNA KUNING


sebuah sampur tergantung dipeluk sunyi
bahkan dinding enggan mengajak berbincang
padahal sudah rindu dia suara tetabuhan
dan jemari yang menyibak.

malam makin jauh. kemarau bulan april
tak ada cerita atau kopi pengganti rindu
sampur itu merana jadi tempat nyamuk istirah
setelah menyeruput darahku, tak pernah puas.

tertegun dia pada sepi terbuang
sampur yang rindu melilit pinggang
diam-diam menyimpan sisa keringat
: sampur warna kuning itu kulilit di leherku.


AJ / 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar