by. Ang Jasman
ada kembang kenanga depan beranda termangu di wajahmu
memandang tetes peluh kakimu berkisah tentang langkah-langkah
bahkan reranting membiarkan ceritamu lepas tertiup angin
dedaun di pucuk-pucuk mengayun-ayun duka suka sendiri.
nafasmu terperangkap di ruang ini dibusukkan waktu
airmatamu menuliskan pesan di kamar-kamar makin temaram
badai membujuk ke peluk pusarannya, kau mengapai-gapai langit
cepat kau punguti remah-remah doa yang tersisa di sulur nadimu.
ada sisa waktu menyebar di dinding musim-musim
bunga-bunga tumbuh subur, kelopak layu memeluk bumi
beranda benderang lagi, percakapan dan tawa di sana-sini
sayang, bahkan tak ada bekas tapak suaramu menyapa.
kau bawa bayangmu bersama mentari
di tiap jejakmu, debu dan kerikil kau punguti
matamu menyimpan bahagiamu sendiri
kau semai namaNya di getar bibir.
2014
ada kembang kenanga depan beranda termangu di wajahmu
memandang tetes peluh kakimu berkisah tentang langkah-langkah
bahkan reranting membiarkan ceritamu lepas tertiup angin
dedaun di pucuk-pucuk mengayun-ayun duka suka sendiri.
nafasmu terperangkap di ruang ini dibusukkan waktu
airmatamu menuliskan pesan di kamar-kamar makin temaram
badai membujuk ke peluk pusarannya, kau mengapai-gapai langit
cepat kau punguti remah-remah doa yang tersisa di sulur nadimu.
ada sisa waktu menyebar di dinding musim-musim
bunga-bunga tumbuh subur, kelopak layu memeluk bumi
beranda benderang lagi, percakapan dan tawa di sana-sini
sayang, bahkan tak ada bekas tapak suaramu menyapa.
kau bawa bayangmu bersama mentari
di tiap jejakmu, debu dan kerikil kau punguti
matamu menyimpan bahagiamu sendiri
kau semai namaNya di getar bibir.
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar