Sabtu, 15 Maret 2014

by. Ang Jasman

dihentaknya keduabelas kuda paling jalang, kereta itu nembus
badai menggangsir angin segala musim. di puncak-puncak cuaca
kereta paling anggun berlari menapaki ayat-ayat tak terucap
rembulan jadi bola hitam kehilangan cahaya.

tak tersisa lagi, tidak, segalanya hanyut dilarung waktu
detik-detik menghitung pasir saling berbisik
cahaya tinggal nyala di telapak menjadi penerang mata dan bibir
"jangan katakan sia-sia, jangan ucapkan.." suara dari ketiadaan.

gemuruh duabelas ekor kuda mendengus membelah gulita
pantai tak berpindah tanjung kecuali arah ini berhianat
kereta berderak, paku-paku melepas, tali-tali terputus
roda-roda berputaran penuh gairah mencium karang bercuatan

asin garam melumuri ujung lidah dan angin terus menahan
tak ada lampu di dermaga dan kilau laut tampak hitam
"dengus kuda-kuda ini adalah aku, menyatu di nafasku.
adalah kendara yang menyeberangkan."

lelaki dengan duabelas nyawa kuda tak memikirkan dermaga.

2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar