by. Ang Jasman
datanglah saja, aku tunggu
sebuah undangan dialas suara lembut
tak perlu repotkan dirimu dengan bawaan segala
datang saja meski tanganmu kosong
daripada muka berbalur senyum hati melompong
kau tahu di sini kita terlempar dalam pusaran
waktu bukan milik orang bengong
dan kita terpaku di simpangan waktu di pinggiran
putaran jam dengan nongkrong sambil kongkow
meski itu lebih bagus daripada meong-meong
lalu saling merongrong
lalu saling gonggong
di kamar, ruang kerja, atau cafe yang lengang
selalu kau bisa ke dalam hatimu melongok
menderet-deret namaNya beronggok-onggok
di antara nasi goreng dan busa cappuccino
juga dalam juangmu melawan ngorok
sambil berharap mentari tak lekas di atas pondok
dengan riang dan perasaan mangkak
kau ayun sekali lagi langkahmu kian mangkrak
saat itu kau memperoleh sepasang sayap buat berkepak
dan kau berkeluh sungguh tanpa bertangguh
"diriku cuma cangkang doa-doa." kau lalu tersungkur.
2014
*menderet-deret namaNya beronggok-onggok = berdzikir
datanglah saja, aku tunggu
sebuah undangan dialas suara lembut
tak perlu repotkan dirimu dengan bawaan segala
datang saja meski tanganmu kosong
daripada muka berbalur senyum hati melompong
kau tahu di sini kita terlempar dalam pusaran
waktu bukan milik orang bengong
dan kita terpaku di simpangan waktu di pinggiran
putaran jam dengan nongkrong sambil kongkow
meski itu lebih bagus daripada meong-meong
lalu saling merongrong
lalu saling gonggong
di kamar, ruang kerja, atau cafe yang lengang
selalu kau bisa ke dalam hatimu melongok
menderet-deret namaNya beronggok-onggok
di antara nasi goreng dan busa cappuccino
juga dalam juangmu melawan ngorok
sambil berharap mentari tak lekas di atas pondok
dengan riang dan perasaan mangkak
kau ayun sekali lagi langkahmu kian mangkrak
saat itu kau memperoleh sepasang sayap buat berkepak
dan kau berkeluh sungguh tanpa bertangguh
"diriku cuma cangkang doa-doa." kau lalu tersungkur.
2014
*menderet-deret namaNya beronggok-onggok = berdzikir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar