Kamis, 12 April 2012

Maaf

Maaf, tak sempat kusebut namamu
aku luruh entah dimana. Kakiku mengambang
bumi melambungkan tubuh fana ini
ketika menyebut namanya.

Maaf, tak sanggup kutulis namamu
aku larut dalam kata. Jemariku kelu melayang
diterbangkan kacau angin dan awan
ketika menulis namanya.

Maaf, tak lagi bisa kubayangkan wajahmu
dalam pekat gulita. Kulihat sinar biru mendatang
menawarkan sampur amat menawan
aku pun menari bersamanya
diiring tetabuh bening
diiring dentang hening
menyelimuti tubuh dalam sepi paling purba.

Jangan urai tanganmu biarlah kucekal penuh
ijinkan aku luruh di rumah abadimu jadi batu
undakanmu. Agar aku leluasa mencium telapakmu
di tiap langkahmu yang lembut perkasa.


4/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar