Kau pun menarik garis-garis angin
Dalam diammu. Merenda delapan penjuru, tanpa tahuku.
Pada lelap hari ketika segala merunduk
Aku terperangkap permainanmu.
Gempita mencabuti anggota tubuhku.
Mencerai berai ususku. Sebuah mahkota duri menikam matahari, darah bagai selai memberi manis abadi.
Jadi, kau beri aku nafas buat pemuasmu
Permainan tak pernah sudah tak peduli detak jam yang berhenti.
AJ/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar