Rabu, 22 Februari 2012

Persembahan Malam Payu Dara

by Ang Jasman on Friday, September 23, 2011 at 12:50am ·


Ketika itu musim-musim belum dicatat.
Kemarau memetakan kehangatannya dan hujan
menitipkan tetesnya di pepohonan.
Pada hari ke-40 rembulan mengiringi perempuan
telanjang bertubuh pualam menunggang angin.
Di tangannya sebuah piala kristal.
Dedaunan berdesir memberi jalan.

Diiringi gemuruh syahdu paduan koor bintang-bintang
dalam balutan selendang awan.
Piala kristal itu diserahkannya pada lelaki kecintaan.

Lelaki itu tertegun, matanya mendadak sayu.
Di dalam piala kristal tergelar sepasang payu dara berlumur darah.
Ia menyingkir seperti jijik.
Ia bukan tak mau.
Payu dara itu berdenyut-denyut seperti membisikkan sesuatu.

Sebelum angin mengundang pergi, tangan perempuan telanjang bertubuh pualam
meraih payu daranya sendiri dari dalam piala kristal itu lalu dimakannya.
Mulutnya berlumur darah. Dengus nafasnya mengatakan ia menikmati.

Lelaki itu pun tergerak mencicipi tapi ingatannya keburu menelikung
dirinya. Tangannya berubah menjadi batu.
Ia tak mengerti.
Ia dibekukan larangan
yang berjejal di telinga sejak lama.


9/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar